Tuesday, 30 October 2012

hanzalah, ku jejaki cintamu


“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”

Alhamdulillah Ya Allah, puji-pujian hanya layak buat Mu. Pemilik segala isi dunia dan akhirat. Selawat dan salam buat kekasih tercinta, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak lupa jua buat para sahabat dan tabi’in sekalian.

Dalam diam, teringat ana akan sebuah lagu yang dihadiahkan oleh sahabat...dengan hati yang jauh berkelana, ana disapa dengan lagu ini sebagai pembakar semangat. Ya. semangat seorang pejuang, Hanzalah!!..semoga semangat ini terus ada..berjuang bukan kerana sebuah nama..tapi kerana menyahut seruan..insyaAllah.. dengan harapan hati ini terus bertatih laju menuju destinasi yang diimpikan

Baiklah, ana ingin kongsikan sebuah sirah buat sahabat-sahabat sekalian..

KISAH PENGANTIN MEDAN UHUD..

Pengantin baru  dengan masa-masa bahagia, segalanya begitu indah dan mempesona. Apalagi jika sebelum menjadi pengantin, kedua mempelai telah menjaga kesucian dirinya dari pergaulan yang dapat menjerumuskannya ke lembah nista. Ibarat orang berpuasa, malam pertama pengantin baru adalah saatnya “berbuka puasa”, yaitu puasa dari berbagai perbuatan yang masuk kategori zina. Segala hasrat yang sebelumnya berhasil diredam dengan penuh sabar dan ikhlas telah mencapai puncak penantian. Namun, bagi seorang Hanzholah bin Abu Amir, panggilan “hayya alal jihad…hayya alal jihad” mengalahkan kebahagiaan malam pertamanya yang penuh kebahagiaan, canda tawa dan senda gurau, karena baginya panggilan jihad lebih menarik hati dan raganya daripada belaian mesra saat dipangkuan sang isteri.

Suatu ketika tersebutlah seorang pengantin baru bernama Hanzholah bin Abu Amir. Ia hidup dimasa perjuangan Islam bersama Rasulullah. Malam pertama, sebagaimana pengantin baru yang lain, ia luangkan bersama istri tercinta. Canda tawa dan senda gurau mewarnai sepasang kekasih yang tengah menjalin hubungan mesra. Hingga sayup-sayup terdengar olehnya ada suara yang memanggil dari kejauhan. Semakin lama suara itu semakin lantang terdengar. “Hayya alal jihad…hayya alal jihad…!”. Ya, itu adalah panggilan untuk berangkat ke medan jihad, yang komandonya langsung berasal dari Rasulullah saw. Tanpa berpikir panjang, Hanzholah meninggalkan pangkuan isterinya kemudian mengambil pedang dan perisai untuk menyongsong jihad bersama Rasulullah dan para sahabatnya. Sang istri tentu berat melepas kepergian suami terkasih, apalagi disaat malam pertama sebagai pengantin belum habis mereka lalui. Namun dengan diiringi doa, ia serahkan kepergian suaminya dalam rangka tugas suci kepada Yang Maha Memiliki, Allah swt..subhanallah.

 Bersama pasukan Rasulullah, Hanzholah bertempur tanpa mengenal rasa takut. Saat memasuki kancah pertempuran, Hanzholah terus merangsek menembus barisan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat dari pasukan kaum muslimin. Sasaran utamanya adalah melumpuhkan komandan pasukan kaum musyrikin, Abu Sufyan bin Harb. Sepak terjangnya telah berhasil menyibak pasukan musuh hingga berhadapan langsung dengan Abu Sufyan. Dengan keberanian dan ketangkasan yang luar biasa, Hanzholah berhasil mendesak Abu Sufyan yang tengah berada diujung kematiannya. Namun tanpa disadarinya, dari arah belakang seorang pasukan musuh bernama Syaddad bin Aswad menikamnya dari belakang. Sang pengantin barupun, yang lebih dikenal dengan pahlawan Perang Uhud, menemui syahidnya di medan Uhud.

Setelah kecamuk perang sudah surut, Rasulullah dan para sahabat tidak menemukan jasad Hanzholah diantara jenazah para sahabat yang sedang diusung. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air di sana. Padahal ketika perang berkecamuk, hujan tidak turun setetespun. Para sahabatpun menjadi heran, darimanakah gerangan air yang membasahi tubuh Hanzholah tersebut. Akhirnya Rasulullah mengabarkan kepada mereka bahwa malaikat sedang memandikan jasad Hanzholah. Kemudian beliau menyuruh di antara para sahabat untuk menanyakan kepada keluarga Hanzholah tentang dirinya sebelum berangkat perang. Ternyata sang istri mengabarkan bahwa keadaan Hanzholah ketika berangkat ke medan jihad adalah dalam keadaan junub. Dari peristiwa ini, Hanzholah mendapat julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).

Malam pertama perkawinannya memang belum habis ia lalui, namun kesyahidannya di medan Uhud membuat bidadari-bidadari syurga sibuk memperebutkan Hanzholah untuk menjadi pasangannya di surga. Adakah para pengantin baru berikutnya yang akan mengikuti jejak Hanzholah ?

Cemburunya ana pada bidadari-bidadari yang telah menunggu Hanzholah..Ya Allah,sungguh mulianya sahabat Nabi ini..ana cuba renungi diri ini seketika..terlalu banyak ibrah yang kita dapat dari kisah di atas..muhasabah diri ini, adakah cintaku pada Allah dan Rasul melebihi segala-galanya..?? Ya Allah..aku leka..lagha saban hari dalam meningkatkan ketaqwaan padaMu,  mencintaiMu dan mantaatiMu. Astaghfirullah. Moga kita dapat memperbaiki diri agar cinta pad aAllah melebihi segala-galanya kerana Dia yang berhak..Dia pencipta Cinta..Moga kita mengambil ibrah dari kisah ini..kisah sang pemuda..Hanzalah..

Muslimin yang ana kagumi,jua buat bakal pendamping ana kelak... Contohilah Hanzalah..
Muslimin yang ana hormati kerana ketangkasan dan kegagahanmu, contohilah Hanzalah..Kajilah sirah hidupnya dan ambillah semangat juangnya. Semangat cintanya yang terlalu tinggi pada perjuangan dan Islam tentunya. Ramai di kalangan muslimin, tewas dengan godaan bernama wanita. Hakikatnya, bagaimana Hanzalah sanggup meninggalkan wanita yang sudah halal buatnya semata-mata kerana cintakan Islam? Dan kita bagaimana?? Sanggupkah bergadai maruah, menggadaikan tenaga untuk wanita yang belum tentu halal untuk kita selagi akad yang indah itu tidak bergema dilafazkan. Muslimin, usah tewas dengan godaan dunia..Kenapa mahu dijadikan dunia ini pendek dengan kealpaan kita sendiri...

Ana kagum dengan semangat cinta Hanzalah pada perjuangan. Yang cintanya benar-benar bulat-bulat untuk Allah. Yang benar-benar mencintai perjuangan tanpa syarat. Yang benar-benar sanggup keluar berjuang meninggalkan nikmat dunia?

Pesanan buat diri ana jua buat muslimat..mari menjadi pendamping hebat buat "hanzalah"..  Bagaimana seorang isteri tidak merengek, tidak menghalang perjuangan Hanzalah. Subhanallah.. Hebat sungguh.Jiwa tarbiyyah apakah yang dimiliki oleh seorang isteri yang sanggup melepaskan suaminya pergi selepas malam pertama perkahwinannya?? Kemudian suaminya pula syahid., Alhamdulillah. Bertemu di syurga kelak insyaAllah..duhai diriku, siapakah kita mahu memiliki lelaki sepenuhnya?

Teruja dengan kata-kata azimat yang pernah dikutip..

"infaqlah untuk Islam. Kalau tidak memiliki harta, infaqlah suami untuk Islam. Relakan beliau bekerja kuat untuk Islam.Sekali-sekala ditinggalkan, anggaplah itu infaq anda untuk Islam"

Subhanallah..mampukah diri?? Terbaca sebaris ayat dari seorang hamba Allah..

"Menjadi muslimat yang solehah, jangan menjadi muslimat yang menjadi penghalang pada perjuangan suami..".maha suci Allah..mungkin kita buta untuk mengaplikasikan sejarah Hanzalah..duhai diriku, bantulah musliminmu, bakal pendamping dirimu kelak..
berjuang bukan hanya dimedan perang.Berjuang di pentas mengeluarkan idea dan pendapat...Menyeru pada kebaikan.Itu juga perjuangan..Jangan kerana dirimu, semua kualiti yang ada pada muslimin terbantut dek sikapmu.., cinta Allah letak dimana?

Tanyalah pada dirimu..

Muslimah..ini jua amanat terindah buat diriku, lihatlah dimana kelemahan mereka dan jadilah penguat buat mereka..kalau semangatnya kian rebah, bantulah perjuangannya. Taburkan semangat dan peransang didalam perjuangan buat mereka..jadilah pembantu buat muslimin bukan pembantut...sesungguh muslimah itu sayap kiri perjuangan ar-rijal..Seperti mana Hawa menjadi penguat buat Adam as. Bukan menjadi penggodam semangat juang mereka..mampukah kita?? berusahalah duhai diriku...jua saudariku..Tidak ada yang halal melainkan yang nyatanya adalah halal. Maka, mencari yang halal itu fardhu bagi ummat Islam...





Moga Allah redha..InsyaAllah ^_^

No comments: