“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha
Pemurah Lagi Maha Mengasihani”
Alhamdulillah Ya Allah, puji-pujian
hanya layak buat Mu. Pemilik segala isi dunia dan akhirat. Selawat dan salam
buat kekasih tercinta, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak
lupa jua buat para sahabat dan tabi’in sekalian.
Dalam diam, teringat ana akan sebuah
lagu yang dihadiahkan oleh sahabat...dengan hati yang jauh berkelana, ana
disapa dengan lagu ini sebagai pembakar semangat. Ya. semangat seorang pejuang,
Hanzalah!!..semoga semangat ini terus ada..berjuang bukan kerana sebuah
nama..tapi kerana menyahut seruan..insyaAllah.. dengan harapan hati ini terus
bertatih laju menuju destinasi yang diimpikan
Baiklah, ana ingin kongsikan sebuah
sirah buat sahabat-sahabat sekalian..
KISAH PENGANTIN MEDAN UHUD..
Pengantin baru dengan masa-masa bahagia,
segalanya begitu indah dan mempesona. Apalagi jika sebelum menjadi pengantin,
kedua mempelai telah menjaga kesucian dirinya dari pergaulan yang dapat
menjerumuskannya ke lembah nista. Ibarat orang berpuasa, malam pertama
pengantin baru adalah saatnya “berbuka puasa”, yaitu puasa dari berbagai
perbuatan yang masuk kategori zina. Segala hasrat yang sebelumnya berhasil
diredam dengan penuh sabar dan ikhlas telah mencapai puncak penantian. Namun,
bagi seorang Hanzholah bin Abu Amir, panggilan “hayya alal jihad…hayya alal jihad”
mengalahkan kebahagiaan malam pertamanya yang penuh kebahagiaan, canda tawa dan
senda gurau, karena baginya panggilan jihad lebih menarik hati dan raganya
daripada belaian mesra saat dipangkuan sang isteri.
Suatu ketika tersebutlah seorang pengantin baru
bernama Hanzholah bin Abu Amir. Ia hidup dimasa perjuangan Islam bersama
Rasulullah. Malam pertama, sebagaimana pengantin baru yang lain, ia luangkan
bersama istri tercinta. Canda tawa dan senda gurau mewarnai sepasang kekasih
yang tengah menjalin hubungan mesra. Hingga sayup-sayup terdengar olehnya ada
suara yang memanggil dari kejauhan. Semakin lama suara itu semakin lantang
terdengar. “Hayya alal jihad…hayya alal jihad…!”. Ya, itu adalah panggilan
untuk berangkat ke medan jihad, yang komandonya langsung berasal dari
Rasulullah saw. Tanpa berpikir panjang, Hanzholah meninggalkan pangkuan
isterinya kemudian mengambil pedang dan perisai untuk menyongsong jihad bersama
Rasulullah dan para sahabatnya. Sang istri tentu berat melepas kepergian suami
terkasih, apalagi disaat malam pertama sebagai pengantin belum habis mereka
lalui. Namun dengan diiringi doa, ia serahkan kepergian suaminya dalam rangka
tugas suci kepada Yang Maha Memiliki, Allah swt..subhanallah.
Bersama pasukan Rasulullah, Hanzholah
bertempur tanpa mengenal rasa takut. Saat memasuki kancah pertempuran,
Hanzholah terus merangsek menembus barisan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat
dari pasukan kaum muslimin. Sasaran utamanya adalah melumpuhkan komandan
pasukan kaum musyrikin, Abu Sufyan bin Harb. Sepak terjangnya telah berhasil
menyibak pasukan musuh hingga berhadapan langsung dengan Abu Sufyan. Dengan
keberanian dan ketangkasan yang luar biasa, Hanzholah berhasil mendesak Abu
Sufyan yang tengah berada diujung kematiannya. Namun tanpa disadarinya, dari
arah belakang seorang pasukan musuh bernama Syaddad bin Aswad menikamnya dari
belakang. Sang pengantin barupun, yang lebih dikenal dengan pahlawan Perang
Uhud, menemui syahidnya di medan Uhud.
Setelah kecamuk perang sudah surut,
Rasulullah dan para sahabat tidak menemukan jasad Hanzholah diantara jenazah
para sahabat yang sedang diusung. Setelah mencari kesana kemari, mereka
mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air di
sana. Padahal ketika perang berkecamuk, hujan tidak turun setetespun. Para
sahabatpun menjadi heran, darimanakah gerangan air yang membasahi tubuh
Hanzholah tersebut. Akhirnya Rasulullah mengabarkan kepada mereka bahwa
malaikat sedang memandikan jasad Hanzholah. Kemudian beliau menyuruh di antara
para sahabat untuk menanyakan kepada keluarga Hanzholah tentang dirinya sebelum
berangkat perang. Ternyata sang istri mengabarkan bahwa keadaan Hanzholah
ketika berangkat ke medan jihad adalah dalam keadaan junub. Dari peristiwa ini,
Hanzholah mendapat julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).
Malam pertama perkawinannya memang belum habis ia
lalui, namun kesyahidannya di medan Uhud membuat bidadari-bidadari syurga sibuk
memperebutkan Hanzholah untuk menjadi pasangannya di surga. Adakah para
pengantin baru berikutnya yang akan mengikuti jejak Hanzholah ?
Cemburunya ana pada bidadari-bidadari yang telah menunggu Hanzholah..Ya Allah,sungguh
mulianya sahabat Nabi ini..ana cuba renungi diri ini seketika..terlalu banyak
ibrah yang kita dapat dari kisah di atas..muhasabah diri ini, adakah cintaku
pada Allah dan Rasul melebihi segala-galanya..?? Ya Allah..aku leka..lagha
saban hari dalam meningkatkan ketaqwaan padaMu, mencintaiMu dan mantaatiMu.
Astaghfirullah. Moga kita dapat memperbaiki diri agar cinta pad aAllah melebihi
segala-galanya kerana Dia yang berhak..Dia pencipta Cinta..Moga kita mengambil
ibrah dari kisah ini..kisah sang pemuda..Hanzalah..
Muslimin yang ana kagumi,jua buat bakal pendamping ana kelak... Contohilah
Hanzalah..
Muslimin yang ana hormati kerana
ketangkasan dan kegagahanmu, contohilah Hanzalah..Kajilah sirah hidupnya dan
ambillah semangat juangnya. Semangat cintanya yang terlalu tinggi pada
perjuangan dan Islam tentunya. Ramai di kalangan muslimin, tewas dengan godaan
bernama wanita. Hakikatnya, bagaimana Hanzalah sanggup meninggalkan wanita yang
sudah halal buatnya semata-mata kerana cintakan Islam? Dan kita bagaimana??
Sanggupkah bergadai maruah, menggadaikan tenaga untuk wanita yang belum tentu
halal untuk kita selagi akad yang indah itu tidak bergema dilafazkan. Muslimin,
usah tewas dengan godaan dunia..Kenapa mahu dijadikan dunia ini pendek dengan
kealpaan kita sendiri...
Ana kagum dengan semangat cinta Hanzalah
pada perjuangan. Yang cintanya benar-benar bulat-bulat untuk Allah. Yang
benar-benar mencintai perjuangan tanpa syarat. Yang benar-benar sanggup keluar
berjuang meninggalkan nikmat dunia?
Pesanan buat diri ana jua buat
muslimat..mari menjadi pendamping hebat buat "hanzalah".. Bagaimana
seorang isteri tidak merengek, tidak menghalang perjuangan Hanzalah. Subhanallah..
Hebat sungguh.Jiwa tarbiyyah apakah yang dimiliki oleh seorang isteri yang
sanggup melepaskan suaminya pergi selepas malam pertama perkahwinannya??
Kemudian suaminya pula syahid., Alhamdulillah. Bertemu di syurga kelak
insyaAllah..duhai diriku, siapakah kita mahu memiliki lelaki sepenuhnya?
Teruja dengan kata-kata azimat yang
pernah dikutip..
"infaqlah untuk Islam. Kalau tidak memiliki harta, infaqlah suami
untuk Islam. Relakan beliau bekerja kuat untuk Islam.Sekali-sekala
ditinggalkan, anggaplah itu infaq anda untuk Islam"
Subhanallah..mampukah diri?? Terbaca
sebaris ayat dari seorang hamba Allah..
"Menjadi muslimat yang solehah, jangan menjadi muslimat yang
menjadi penghalang pada perjuangan suami..".maha suci Allah..mungkin kita
buta untuk mengaplikasikan sejarah Hanzalah..duhai diriku, bantulah musliminmu,
bakal pendamping dirimu kelak..
berjuang bukan hanya dimedan perang.Berjuang di pentas mengeluarkan idea
dan pendapat...Menyeru pada kebaikan.Itu juga perjuangan..Jangan kerana dirimu,
semua kualiti yang ada pada muslimin terbantut dek sikapmu.., cinta
Allah letak dimana?
Tanyalah pada dirimu..
Muslimah..ini jua amanat terindah buat diriku,
lihatlah dimana kelemahan mereka dan jadilah penguat buat mereka..kalau semangatnya
kian rebah, bantulah perjuangannya. Taburkan semangat dan peransang didalam
perjuangan buat mereka..jadilah pembantu buat muslimin bukan
pembantut...sesungguh muslimah itu sayap kiri perjuangan ar-rijal..Seperti mana
Hawa menjadi penguat buat Adam as. Bukan menjadi penggodam semangat juang
mereka..mampukah kita?? berusahalah duhai diriku...jua saudariku..Tidak ada yang halal melainkan yang
nyatanya adalah halal. Maka, mencari yang halal itu fardhu bagi ummat Islam...
No comments:
Post a Comment