Tuesday, 30 October 2012

hanzalah, ku jejaki cintamu


“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”

Alhamdulillah Ya Allah, puji-pujian hanya layak buat Mu. Pemilik segala isi dunia dan akhirat. Selawat dan salam buat kekasih tercinta, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak lupa jua buat para sahabat dan tabi’in sekalian.

Dalam diam, teringat ana akan sebuah lagu yang dihadiahkan oleh sahabat...dengan hati yang jauh berkelana, ana disapa dengan lagu ini sebagai pembakar semangat. Ya. semangat seorang pejuang, Hanzalah!!..semoga semangat ini terus ada..berjuang bukan kerana sebuah nama..tapi kerana menyahut seruan..insyaAllah.. dengan harapan hati ini terus bertatih laju menuju destinasi yang diimpikan

Baiklah, ana ingin kongsikan sebuah sirah buat sahabat-sahabat sekalian..

KISAH PENGANTIN MEDAN UHUD..

Pengantin baru  dengan masa-masa bahagia, segalanya begitu indah dan mempesona. Apalagi jika sebelum menjadi pengantin, kedua mempelai telah menjaga kesucian dirinya dari pergaulan yang dapat menjerumuskannya ke lembah nista. Ibarat orang berpuasa, malam pertama pengantin baru adalah saatnya “berbuka puasa”, yaitu puasa dari berbagai perbuatan yang masuk kategori zina. Segala hasrat yang sebelumnya berhasil diredam dengan penuh sabar dan ikhlas telah mencapai puncak penantian. Namun, bagi seorang Hanzholah bin Abu Amir, panggilan “hayya alal jihad…hayya alal jihad” mengalahkan kebahagiaan malam pertamanya yang penuh kebahagiaan, canda tawa dan senda gurau, karena baginya panggilan jihad lebih menarik hati dan raganya daripada belaian mesra saat dipangkuan sang isteri.

Suatu ketika tersebutlah seorang pengantin baru bernama Hanzholah bin Abu Amir. Ia hidup dimasa perjuangan Islam bersama Rasulullah. Malam pertama, sebagaimana pengantin baru yang lain, ia luangkan bersama istri tercinta. Canda tawa dan senda gurau mewarnai sepasang kekasih yang tengah menjalin hubungan mesra. Hingga sayup-sayup terdengar olehnya ada suara yang memanggil dari kejauhan. Semakin lama suara itu semakin lantang terdengar. “Hayya alal jihad…hayya alal jihad…!”. Ya, itu adalah panggilan untuk berangkat ke medan jihad, yang komandonya langsung berasal dari Rasulullah saw. Tanpa berpikir panjang, Hanzholah meninggalkan pangkuan isterinya kemudian mengambil pedang dan perisai untuk menyongsong jihad bersama Rasulullah dan para sahabatnya. Sang istri tentu berat melepas kepergian suami terkasih, apalagi disaat malam pertama sebagai pengantin belum habis mereka lalui. Namun dengan diiringi doa, ia serahkan kepergian suaminya dalam rangka tugas suci kepada Yang Maha Memiliki, Allah swt..subhanallah.

 Bersama pasukan Rasulullah, Hanzholah bertempur tanpa mengenal rasa takut. Saat memasuki kancah pertempuran, Hanzholah terus merangsek menembus barisan musuh yang jumlahnya tiga kali lipat dari pasukan kaum muslimin. Sasaran utamanya adalah melumpuhkan komandan pasukan kaum musyrikin, Abu Sufyan bin Harb. Sepak terjangnya telah berhasil menyibak pasukan musuh hingga berhadapan langsung dengan Abu Sufyan. Dengan keberanian dan ketangkasan yang luar biasa, Hanzholah berhasil mendesak Abu Sufyan yang tengah berada diujung kematiannya. Namun tanpa disadarinya, dari arah belakang seorang pasukan musuh bernama Syaddad bin Aswad menikamnya dari belakang. Sang pengantin barupun, yang lebih dikenal dengan pahlawan Perang Uhud, menemui syahidnya di medan Uhud.

Setelah kecamuk perang sudah surut, Rasulullah dan para sahabat tidak menemukan jasad Hanzholah diantara jenazah para sahabat yang sedang diusung. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air di sana. Padahal ketika perang berkecamuk, hujan tidak turun setetespun. Para sahabatpun menjadi heran, darimanakah gerangan air yang membasahi tubuh Hanzholah tersebut. Akhirnya Rasulullah mengabarkan kepada mereka bahwa malaikat sedang memandikan jasad Hanzholah. Kemudian beliau menyuruh di antara para sahabat untuk menanyakan kepada keluarga Hanzholah tentang dirinya sebelum berangkat perang. Ternyata sang istri mengabarkan bahwa keadaan Hanzholah ketika berangkat ke medan jihad adalah dalam keadaan junub. Dari peristiwa ini, Hanzholah mendapat julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).

Malam pertama perkawinannya memang belum habis ia lalui, namun kesyahidannya di medan Uhud membuat bidadari-bidadari syurga sibuk memperebutkan Hanzholah untuk menjadi pasangannya di surga. Adakah para pengantin baru berikutnya yang akan mengikuti jejak Hanzholah ?

Cemburunya ana pada bidadari-bidadari yang telah menunggu Hanzholah..Ya Allah,sungguh mulianya sahabat Nabi ini..ana cuba renungi diri ini seketika..terlalu banyak ibrah yang kita dapat dari kisah di atas..muhasabah diri ini, adakah cintaku pada Allah dan Rasul melebihi segala-galanya..?? Ya Allah..aku leka..lagha saban hari dalam meningkatkan ketaqwaan padaMu,  mencintaiMu dan mantaatiMu. Astaghfirullah. Moga kita dapat memperbaiki diri agar cinta pad aAllah melebihi segala-galanya kerana Dia yang berhak..Dia pencipta Cinta..Moga kita mengambil ibrah dari kisah ini..kisah sang pemuda..Hanzalah..

Muslimin yang ana kagumi,jua buat bakal pendamping ana kelak... Contohilah Hanzalah..
Muslimin yang ana hormati kerana ketangkasan dan kegagahanmu, contohilah Hanzalah..Kajilah sirah hidupnya dan ambillah semangat juangnya. Semangat cintanya yang terlalu tinggi pada perjuangan dan Islam tentunya. Ramai di kalangan muslimin, tewas dengan godaan bernama wanita. Hakikatnya, bagaimana Hanzalah sanggup meninggalkan wanita yang sudah halal buatnya semata-mata kerana cintakan Islam? Dan kita bagaimana?? Sanggupkah bergadai maruah, menggadaikan tenaga untuk wanita yang belum tentu halal untuk kita selagi akad yang indah itu tidak bergema dilafazkan. Muslimin, usah tewas dengan godaan dunia..Kenapa mahu dijadikan dunia ini pendek dengan kealpaan kita sendiri...

Ana kagum dengan semangat cinta Hanzalah pada perjuangan. Yang cintanya benar-benar bulat-bulat untuk Allah. Yang benar-benar mencintai perjuangan tanpa syarat. Yang benar-benar sanggup keluar berjuang meninggalkan nikmat dunia?

Pesanan buat diri ana jua buat muslimat..mari menjadi pendamping hebat buat "hanzalah"..  Bagaimana seorang isteri tidak merengek, tidak menghalang perjuangan Hanzalah. Subhanallah.. Hebat sungguh.Jiwa tarbiyyah apakah yang dimiliki oleh seorang isteri yang sanggup melepaskan suaminya pergi selepas malam pertama perkahwinannya?? Kemudian suaminya pula syahid., Alhamdulillah. Bertemu di syurga kelak insyaAllah..duhai diriku, siapakah kita mahu memiliki lelaki sepenuhnya?

Teruja dengan kata-kata azimat yang pernah dikutip..

"infaqlah untuk Islam. Kalau tidak memiliki harta, infaqlah suami untuk Islam. Relakan beliau bekerja kuat untuk Islam.Sekali-sekala ditinggalkan, anggaplah itu infaq anda untuk Islam"

Subhanallah..mampukah diri?? Terbaca sebaris ayat dari seorang hamba Allah..

"Menjadi muslimat yang solehah, jangan menjadi muslimat yang menjadi penghalang pada perjuangan suami..".maha suci Allah..mungkin kita buta untuk mengaplikasikan sejarah Hanzalah..duhai diriku, bantulah musliminmu, bakal pendamping dirimu kelak..
berjuang bukan hanya dimedan perang.Berjuang di pentas mengeluarkan idea dan pendapat...Menyeru pada kebaikan.Itu juga perjuangan..Jangan kerana dirimu, semua kualiti yang ada pada muslimin terbantut dek sikapmu.., cinta Allah letak dimana?

Tanyalah pada dirimu..

Muslimah..ini jua amanat terindah buat diriku, lihatlah dimana kelemahan mereka dan jadilah penguat buat mereka..kalau semangatnya kian rebah, bantulah perjuangannya. Taburkan semangat dan peransang didalam perjuangan buat mereka..jadilah pembantu buat muslimin bukan pembantut...sesungguh muslimah itu sayap kiri perjuangan ar-rijal..Seperti mana Hawa menjadi penguat buat Adam as. Bukan menjadi penggodam semangat juang mereka..mampukah kita?? berusahalah duhai diriku...jua saudariku..Tidak ada yang halal melainkan yang nyatanya adalah halal. Maka, mencari yang halal itu fardhu bagi ummat Islam...





Moga Allah redha..InsyaAllah ^_^

Wednesday, 24 October 2012

Titipan buat wanita


“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”

Subhanallah…Alhamdulillah…Allahuakbar. Selawat dan salam buat kekasih hati yang membawa rahmat seluruh alam, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak lupa jua buat para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in dan seterusnya. Sujud syukur di atas segala nikmat yang telah Engkau berikan buat hamba ini. Alhamdulillah, hari ini, Allah berikan peluang untuk ana melakukan satu perubahan, Mudah-mudahan Allah redha dengan apa yang ana lakukan, bahkan sentiasa memberikan kekuatan untuk terus istiqamah di dalam jalan yang dipilih.. Ameen Ya Robb.

Baiklah, ana ingin kongsikan artikel yang ana baca di laman web I Love Islam. Allahu Allah, cukup memberikan ibrah tatkala membacanya..^^, Mudah-mudahan ianya bermanfaat untuk semua.


XXXXXXXXXXXXX

"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."

Ana tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah ana hanya cantik di mata kalian. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.
Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.
Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.
Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?
Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.
Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.
Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.
Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.
Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.
Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.
Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dibazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.
Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari redha Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.
Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.
Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.
Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan mahramnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. 

Yang dicari walau bukan putera raja, biarlah putera Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang diharap, bukan jihad pada semangat, asal perjuangannya ada matlamat.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini serikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku redha ketetapan Illahi..
Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga redha Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.





Moga Allah redha..InsyaAllah ^_^

Sunday, 21 October 2012

Sujud!!


“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”

Kisah seorang hamba Allah! Allah, ku jua mahu seperti kamu..Moga Allah tetapkan ana untuk istiqamah dijalannya..Allahu ameen

XXXXXXXXXX

Setiap kali ada khabar berita gembira dan mendapat sesuatu nikmat, saya akan buat sujud syukur sebagai tanda terima kasih kepada Yang Maha Pemberi nikmat. Pada mulanya agak sukar untuk mula tetapi lama kelamaan mampu istiqomah dan terbiasa untuk laksanakannya.

Semua ini bermula tatkala saya bertemu dengan sebuah keluarga yang sakinah dan mawaddah. Keluarga mereka sentiasa diuji dengan pelbagai musibah tetapi sentiasa bersangka baik dan bersyukur dengan apa yang perlu mereka lalui. MasyaAllah.

Hati saya jadi tersentuh apabila Ummi Ulya meminta anak bongsunya buat sujud syukur seusai solat subuh, “Mariah, jom buat sujud syukur sebab selamat sampai kat sini”.

Saya yang sudah selesai solat subuh terus ke dapur untuk menyediakan sarapan buat mereka sekeluarga yang baru sahaja tiba di rumah sewa saya dari Kelantan sementara menunggu suami Ummi Ulya balik dari surau.

Dari dapur, kedengaran pula dua beranak membaca al-Mathurat. Beberapa minit, kedengaran pula bunyi pintu rumah dibuka menandakan suami Ummi Ulya sudah balik dan menyertai mereka membaca al-Mathurat.

Hati saya semakin tersentuh apabila terdengar esakan Ummi Ulya yang berselang-seli dengan nasihat yang diberikan kepada anak bongsunya. “adik jadi anak yang solehah buat ummi dan abah ya, abang ngah sudah selesai urusannya di dunia. Nanti kita cari kakak ya. Jangan sedih, Allah uji keluarga kita mesti ada hikmahnya”.

Saya nampak anak bongsu memeluknya sambil mengesat air mata ummi kesayangannya seraya berkata, “adik minta ampun dan maaf ya ummi atas segala dosa yang adik buat dekat ummi. Abah, adik pun minta ampun dan maaf dengan abah. Halalkan makan, minum dan semua yang abah dan ummi berikan kepada adik”.

Terasa ada manik jernih yang mengalir di pipi saya. Hati manusia mana yang tidak tersentuh melihat betapa tabahnya hati mereka sekeluarga yang tidak pernah sunyi dari diuji oleh Allah s.w.t.

Ketika itu, Allah sedang menguji iman anak sulung Ummi Ulya. Dia tidak balik bercuti ke rumah, sebaliknya melencong ke tempat lain. Apabila ditanya, dia ada program di kampus dan akan pulang beberapa hari lagi. 

Tembelangnya terbongkar apabila Ummi Ulya menelefon saya yang menjadi urusetia program dan saya memberitahu anaknya tidak ada di kampus dan akan datang kemudian setelah bercuti di rumah beberapa hari sedangkan Ummi Ulya memberitahu anaknya tidak balik bercuti.

Betapa kecewanya hati seorang ibu apabila anak kandungnya menipu dan tidak jujur dengannya. Sudah ditanya beberapa orang rakan ke mana anak sulungnya pergi, tetapi tidak seorang pun tahu di mana dia berada.

Setelah di selidik, anaknya baru sahaja tiba di Kedah dari Kelantan. Tetapi tidak tahu di mana anaknya tumpang berteduh. Mujurlah anak sulungnya masih mahu berhubung dengannya, cuma anaknya merahsiakan lokasi dimana dia berada dan tidak mengethaui bahawa Ummi Ulya sudah tahu anaknya menipu.

Sebaik sahaja Ummi Ulya mendapat tahu anaknya berada di Kedah, mereka sekeluarga terus datang ke Kedah pada sebelah malamnya dan menumpang di rumah sewa saya hingga masalah anaknya selesai. Itulah permulaan bagaimana saya boleh bertemu dengan keluarga ini.

Pagi itu, sebelum kami semua mencari anak sulungnya sekitar taman perumahan di Jitra, terdetik di hati Ummi Ulya untuk mencari di kolej tempat anaknya menginap. Saya membawa mereka pergi ke kolej yang dimaksudkan.

Ummi Ulya melihat baju anak sulungnya berada diampaian, lalu dia menyentuh baju tersebut dan masih basah. Dia mengetuk pintu dan memanggil nama anaknya kerana dia yakin anaknya ada di dalam bilik tetapi tiada sahutan. Dia meminta anak bongsunya melihat dibawah pintu dan ternampak ada kaki disebalik pintu.  

Dia cuba memujuk lagi anaknya supaya membuka pintu tetapi tiada bunyi atau respon dalam bilik. Anak sulungnya tetap berdegil dan tidak mahu membuka pintu serta tidak menyahut panggilan Ummi Ulya yang sudah tersedu-sedu dengan tangisan.

“kakak, bukalah pintu nie. Ummi tahu kakak ada dalam bilik”.

Saya jadi hilang sabar dengan sikap anak sulungnya. Dengan rasa geram dan marah, saya mengetuk pintu biliknya dengan kuat. “Masyitah! Buka pintu nie. Akak tahu awak ada dalam bilik. Sanggup awak buat ummi awak macam nie. Orang lain dalam bangunan nie tengah pandang kita, tak malu ke? Baik awak buka sebelum akak pecahkan pintu nie!”.

Saya terdengar penyelak pintu bilik ditarik dan tombol dipulas. Perlahan-lahan anak sulungnya membuka pintu. Saya melihat muka anak sulungnya merah padam menahan amarah. Ummi Ulya dan anak bongsunya masuk dalam bilik sementara saya tunggu di luar bilik. Tidak mahu masuk campur urusan anak beranak. 

Selang setengah jam kemudian, anak bongsunya memanggil saya masuk ke dalam bilik. Saya melihat Ummi Ulya dan anak sulungnya menangis. Anak sulungnya berdegil dan tidak mahu menceritakan ke mana dia pergi selama tiga hari. 

Ummi Ulya berkata kepada anak bongsunya, “adik, kemas barang kakak. Kita bawa kakak balik. Dia tidak boleh sambung belajar lagi kalau masih buat perangai macam ini. Lebih baik duduk di rumah saja”.

Saya terkejut dengan keputusan Ummi Ulya.

“Ummi, bertenang dulu. Tinggal lagi satu tahun saja untuk Masyitah tamatkan pengajian. Dia cuma tersalah langkah saja kali ini”. Saya cuba memujuk. 

“Ini bukan kali pertama dia buat macam ini. Sebelum ini pun sudah pernah buat, tetapi ummi sabar dan bagi peluang lagi dekat dia. Tak sangka dia buat perangai lagi”. Jawab Ummi Ulya dengan tangisan yang masih berbaki.

“Masyitah, kalau awak mahu membela diri dan memohon maaf terhadap apa yang awak sudah lakukan, inilah masanya. Akak tak dapat bantu untuk ubah pendirian dan keputusan Ummi awak melainkan awak sendiri mengakui kesilapan sendiri”, saya berpesan kepada Masyitah.

Masyitah diam seribu bahasa sementara adik bongsunya terus mengemas pakaiannya dan memasukkan dalam beg.

“Ummi, maafkan kakak…”, Masyitah berlutut dihadapan umminya.

“Kakak janji dekat ummi, ini kali terakhir kakak buat macam nie dekat ummi dan abah. Kakak minta maaf sebab selalu susahkan ummi. Kakak tahu Ummi sayang kakak. Kakak rasa sunyi sangat selepas abang ngah meninggal. Itu sebab kakak tak balik rumah. Kakak jadi sedih bila tengok bilik dan barang-barang abang ngah.” luah Masyitah.

Ummi Ulya terus memeluk anak sulungnya. Anak bongsunya juga memeluk ummi dan kakak sulungnya. Saya sudah tidak mampu membendung air mata dari mengalir keluar tatkala melihat tiga beranak ini berpelukan sesama mereka.

Ummi maafkan kakak. Ummi sayangkan kakak, arwah abang ngah dan adik.” luah Ummi Nor sambil tersedu-sendu.

“Kakak jumpa abah ya. Abah tunggu kakak kat bawah”, pujuk Ummi Ulya.

Anak sulungnya menganggukkan kepala.

Alhamdulillah Ya Allah”, saya bermonolog sendiri. Hati saya mula terasa rindu untuk memeluk ibu apabila melihat mereka berpelukan.

Ummi Ulya menyimpan semula pakaian anak sulungnya dalam almari dan membatalkan hasratnya untuk membawa pulang anak sulungnya ke rumah. 

“Ummi, kakak nak jumpa abah”.

Ummi Ulya menganggukkan kepala sambil mengukir senyuman kepada anak sulungnya. Mereka menuruni tangga satu persatu dan saya hanya mengikut dari belakang.

“Abah…!”, jerit Masyitah. Dia berlari anak dan terus memeluk abahnya. Erat sekali pelukannya. Air mata penyesalan mengalir dipipi kerana telah menyusahkan abahnya.

“Abah, kakak minta maaf”.

“Kakak kan anak abah. Abah dan maafkan kakak sebelum kakak minta maaf lagi”.

Saya mencadangkan untuk bawa Ummi Ulya sekeluarga ke Kuala Perlis untuk melihat keindahan pantai pada waktu senja sebaik sahaja Ummi Ulya memberitahu dia mahu pulang semula ke Kelantan pada pagi esok.

Dalam perjalanan ke sana, terpancar wajah kegembiraan keluarga ini. Mereka bersenda gurau seolah-olah tiada apa yang berlaku. Kagum sungguh saya melihat Ummi Ulya dan suami yang begitu tabah dalam mendidik anak mereka.

Masih saya ingat pertanyaan yang saya ajukan kepada Ummi Ulya sewaktu melihat dia buat sujud syukur di Masjid Kuala Perlis.

“Ummi buat sujud syukur ya?”.

Ummi Ulya menganggukkan kepala tanda mengiakan seraya berkata, “Sujud syukur sebab Allah pertemukan semula Ummi dan Masyitah”.

“Kalau boleh tahu, kenapa ummi selalu buat sujud syukur ya?”, soal saya dengan perasaan ingin tahu.

Ummi Ulya senyum memandang saya.

“Supaya ummi tidak mengeluh dan merungut dengan ujian yang menimpa. Ummi mahu jadi hamba yang sentiasa bersyukur. Ujian ini hanya secebis jika dibandingkan dengan nikmat yang Allah anugerahkan. Allah uji hambanya, tanda Dia sayang dan ingat kepada kita”.

Kali ini, saya pula tersenyum. Lantas saya bangun dan mengangkat takbir. Sujud syukur kepada Allah kerana menghadirkan keluarga ini dalam hidup saya.

“Musibah yang hadir, terselit suatu rahmat”





Moga Allah redha..InsyaAllah ^_^

Friday, 19 October 2012

Kitakah?


“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”

Alhamdulillah Ya Allah atas keizinan nadi yang masih berdenyut ini. Semoga ianya memberi peluang dan kesempatan untuk bertaubat dari dosa lalu dalam menggapai redha Mu. Selawat dan salam buat pembawa rahmat seluruh alam, Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum kerabat Baginda. Tidak lupa jua buat para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in dan seterusnya.

Detik demi detik, hari demi hari, Alhamdulillah, Allah berikan peluang untuk merasai nikmatnya Namun, sebagai manusia biasa, pastinya langkah tersasar jua tanpa disedari, Malah, dikirimkan Allah, ujian buat kita, Maka, segera hati diubati dengan kalam yang indah:

Ketika Allah rindu pada hambaNya, Dia akan mengirimkan hadiah istimewa melalui malaikat jibril yang isinya adalah ujian. Dalam hadits qudsi Allah berfirman:

"Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakanlah berbagai ujian kepadanya kerana Aku ingin mendengar rintihannya. (HR Thabrani dan Abu Umamah)

Ya Allah, hilangkan rasa kekecewaan dihati ini.

Ana terpaut dengan artikel yang cukup menarik dari akhwat medic iaitu Maksiat yang tersembunyi. Sebenarnya diri ini sangat mengkagumi mereka yang sudah berada lama dalam jalan tarbiyah. Apatahlagi yang merupakan produk tarbiyah yang sebenar, bukan produk tarbiyah express seperti diri ini. Lahir dalam suasana tarbiyah, keluarga yang sudah di tarbiyah, bekerja dalam suasana tarbiyah tetapi mengapa masih ada karat karat jahiliyah yang belum tertanggal?

Teringat kata kata mutiara yang sering diungkapkan

'Biarlah tidak dikenali penduduk dunia atas kehebatan ilmu, kepandaian, kepimpinan dan kecerdikan. Cukup nama menjadi sebutan penduduk di langit dan Allah mengenal kerana iman dan taqwa.'



Terlalu takut untuk menilai manusia pada ketika ini. Kadang kadang corak pemakaian dan perilaku individu itu tidak memcerminkan peribadi yang sebenar. Mungkin ada yang dilihat seperti ustaz dan ustazah, tetapi tidak menjaga ikhtilat. Ada yang lagaknya seperti wanita solehah, bertudung labuh dan berjubah tetapi masih kurang menjaga adab sebagai wanita sehingga begitu mudah untuk mendekati lawan jenisnya. Mungkin ada yang sentiasa berkopiah, kelihatan zuhud orangnya tetapi masih punya perangai suka mengambil hak orang. Nauzubiilah Min Zalik. Ya Allah, jauhkanlah kami dari kehipokritan ini. Kami tidak mahu menjadi indah di pandangan manusia tetapi buruk pada pandanganMu.

Tidak dinafikan, sejauh mana pun seorang manusia berusaha untuk menjadi sempurna tetapi manusia tetap manusia. Rasulullah SAW sahaja yang maksum. Maka, jika kalian berasa sudah tersasar ke sebelah jalan, maka luruskan kembali stereng pengembaraan hidup anda. Allah pasti menunjukkan jalan yang lurus. Diriku meyakini, produk asli tarbiyah pasti punya hati yang sentiasa hidup. Apatahlagi cukup berpengalaman dalam perjuangan. Maka, jangan biarkan nafsu mengatasi segalanya. Kembalilah mencari naungan kasih sayang Allah dengan bermujahadah melawan nafsu.

Soalan demi soalan menerjah kotak fikiran:....

Kitakah yang bergelar pejuang agama tetapi
kita masih tidak mampu mengekang hawa nafsu terhadap sesuatu yang bukan milik kita?

Kitakah yang bergelar pejuang agama jika
tidak segan silu melalaikan ibadah kepada Allah SWT?

Kitakah yang bergelar pejuang agama sekiranya
berjuang semata mata untuk mendapat pangkat dan nama serta perhatian?

Kitakah yang bergelar pejuang agama namun
masih ber'sms' yang tidak berkenaan dengan yang bukan mahram atas tiket perjuangan malah sengaja memanjangkan?

Kitakah yang bergelar pejuang agama yang
memakai jubah dan tudung labuh untuk menunjukkan kita bertaqwa
memakai kopiah untuk menunjukkan kita soleh
hanya kepada manusia hina?

Kitakah yang bergelar pejuang agama tetapi
masih tidak mampu menjaga ikhtilat sehingga berlebihan dengan tiket sahabat?

Kitakah yang bergelar pejuang agama namun
masih punya waktu untuk membuang masa sedangkan ummah dalam keadaan kritikal kini?

Kitakah yang bergelar pejuang agama sekiranya
masih bermalas malasan tentang ukhrawi tetapi bermati matian mengejar duniawi?

Kitakah yang bergelar pejuang agama walhal masih memungkiri janji?

Kitakah yang bergelar pejuang agama tetapi susah untuk mencari ikhlas dalam diri?

Ya Allah , diri ini sangat takut andai, melakukan perkara sedemikian. Lindungilah diri ini  ya Allah , kekalkanlah diriku dalam hidayah dan petunjukMu. Ku ingin sekali sentiasa menjadi pejuang agamaMu. Tetapi janganlah engkau jadikan diriku pejuang agama yang silap. Berjuang hanya kerana cinta duniawi sedangkan miskin akhirat.

"patutlah kemenangan terasa begitu jauh, rupa rupanya masalah datang dari diri sendiri".

Sebak hati teringat perjuangan Rasulullah SAW, baginda mempunyai tentera pejuang yang hebat. Kehebatan tangkas bermain sahaja itu adalah luarannya sahaja tetapi sumber kehebatan sebenar adalah kekuatan iman dan taqwa. Teringat satu frasa kegemaran ana:

Pilihan Salahuddin Al Ayubi bukanlah yang petah berkata kata, tetapi yang istiqomah tahajudnya. Katanya nak jadi srikandi Hasan Al Banna tetapi ambilnya hanya pada semangat, bukan pada amalannya.

~Musabah diri ini~

Diriku, burung merpati yang kerdil ini, sedang berusaha mencari sangkar yang baru. Mungkinkah akan menyeberangi laut Cina selatan ke tanah semenanjung ataupun sayapku akan berterbangan merentasi benuaMu, Dimana pun sayapku ini Kau titipkan, jadikanlah kehendakMu sebagai kehendakku, berkat hari-hariku sekiranya ini yang terbaik untuk akhirat, agama dan tarbiyahku. ^_^





Moga Allah redha..InsyaAllah ^_^